Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menjaga Warisan Spiritualitas Datu Kalampayan: Ketika Polisi, Bhayangkari, dan Rakyat Bersatu dalam Haul yang Penuh Cinta

Saturday, April 5, 2025 | April 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-05T13:01:17Z

 



Martapura, Kalimantan Selatan – Matahari baru saja menyentuh cakrawala Desa Dalam Pagar di Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, ketika aroma daging sapi rebus mulai menyelimuti udara. Asap mengepul dari tungku-tungku besar di dapur lapangan. Puluhan tangan sigap memotong, mengaduk, membungkus. Di antara mereka, ada ibu-ibu Bhayangkari, relawan muda, hingga prajurit Brimob. Semua menyatu dalam satu tujuan: memuliakan warisan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari — sang Datu Kalampayan.

Haul ke-219 Datu Kalampayan bukan sekadar peringatan keagamaan. Ia adalah denyut nadi masyarakat Banjar yang setiap tahun menyatu dalam zikir, doa, dan gotong-royong. Tahun ini, sebuah momen istimewa hadir kala Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan menyerahkan lima ekor sapi sebagai bentuk dukungan spiritual dan sosial.

"Ini adalah bentuk kecintaan kami terhadap ulama besar yang telah menerangi jalan umat, serta wujud nyata kedekatan kami dengan masyarakat," ujar Irjen Rosyanto dengan nada hangat saat menyerahkan hewan qurban kepada panitia haul, Guru Ahmad.

Tak hanya menyerahkan sapi — tiga di antaranya dikelola relawan, dua lagi dimasak oleh pasukan Brimob — Polda Kalsel juga mengerahkan 219 personel pengamanan. Sebuah angka simbolik, mencerminkan tahun haul ke-219. Tapi lebih dari angka, ini adalah komitmen menjaga khidmatnya perayaan ribuan peziarah yang datang dari penjuru Kalimantan hingga luar pulau.



Di balik panggung utama haul, ada kisah mengharukan dari Dapur Umum Bhayangkari. Dipimpin langsung oleh Ketua Bhayangkari Daerah Kalsel, Ny. Yennie Rosyanto Yudha, sebanyak 20.000 nasi bungkus disiapkan penuh cinta. Dari memotong daging hingga membungkus nasi — semuanya dilakukan secara gotong royong.

“Dari Kamis malam kami sudah mulai. Kami ingin para jamaah merasa dihormati, diberi pelayanan layaknya keluarga besar,” tutur Ny. Yennie dengan mata berkaca. 

Dapur lapangan di Jalan Kertak Batu menjadi pusat aktivitas. Asap tungku menyatu dengan haru para relawan. Tak ada sekat antara aparat, ibu rumah tangga, dan tokoh agama. Semua duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dalam barisan cinta kepada sang wali Allah.



Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bukan hanya sosok ulama besar. Ia adalah simbol keberagaman dan harmoni. Ajarannya menembus batas waktu, mengakar kuat dalam hati masyarakat Banjar. Oleh karenanya, haulnya tak pernah sepi. Haul ini adalah milik semua — bukan hanya keluarga dzurriyahnya, bukan hanya para santri, tetapi juga milik rakyat biasa, dan kini, milik para penjaga keamanan negeri.

Guru Ahmad, sang ketua panitia haul, mengungkapkan rasa haru. “Kami sangat bersyukur atas perhatian Kapolda dan seluruh jajaran. Bantuan ini bukan sekadar logistik, tetapi bagian dari spiritualitas. Semoga menjadi amal jariyah.”



Ada yang istimewa dari haul ke-219 ini. Bukan hanya karena skalanya yang makin besar, bukan pula karena ribuan nasi bungkus yang disiapkan. Tetapi karena ada kesadaran kolektif: bahwa menjaga warisan Datu Kalampayan bukan hanya tugas santri atau ulama, tapi tugas semua yang mencintai negeri ini. Polisi, Bhayangkari, rakyat biasa — semuanya bagian dari mozaik indah yang memperkuat tali ukhuwah.

Dan di tengah hiruk pikuk dunia modern, haul ini mengajarkan satu hal: bahwa nilai-nilai spiritual dan budaya lokal masih hidup. Hidup dalam wujud yang paling indah — gotong royong, ketulusan, dan kasih sayang.

"Semoga haul ini selalu diberkahi dan menjadi pemersatu kita semua," harap Kapolda Kalsel sebelum berpamitan.

Dan doa itu pun mengalun lembut, mengiringi aroma nasi bungkus yang terus dibagikan — dari tangan-tangan yang tulus, untuk hati-hati yang haus akan berkah dan cinta.

Jurnalis: Irfani, Gunawan
Editor: Adam NW
Sumber: Bidang Humas Polda Kalsel
×
Berita Terbaru Update